Uncategorized

Umroh (dari Eropa, Visa Transit, + Balita)

Alhamdulillah, beberapa waktu lalu, saya diberi kesempatan untuk berumroh bersama suami dan anak empat tahun. Agenda utama sebenernya adalah ke Indonesia untuk menyelesaikan lumayan banyak urusan. Dan berhubung Saudi Airline memberikan peluang umroh saat transit di Jeddah, ya why not? ๐Ÿ™‚

Saudi Airline. 
Saya dan beberapa teman Belanda punya lumayan kisah ga enak sebenernya sama maskapai ini: dulu websitenya  masyaAllah bikin emosi keterlaluan (UI, UX, bahkan loading time-nya), ada yang visa ga dikirim, ada yang call center buntu, ada yang pembayaran gagal, etc. Ada teman, di Desember kemarin, akhirnya ga jadi umroh via Saudi Airline karena nyoba bayar puluhan kali gagal terus; dan saking emang (saat itu) ngeselin websitenya, dia seniat itu buat bikin Google Review semacam ‘kalau bukan buat umroh, ga akan gw pake ini maskapai’ :)))) Tapi, saat kami pesen beberapa waktu setelah itu, surprisingly websitenya jadi mendingan banget! Saking bedanya, sampai suami kirim apresiasi comment ke developernya haha. Tapi, tantangan umroh kami ternyata dalam bentuk lain: 

  1. Pemeriksaan carry-on luggage. Seumur hidup kami naik persawat, baru kali ini kabin ditimbang beneran. Berhubung kami ga persiapan (dan koper kabin melebihi 7kg), kami perlu bongkar koper di counter. Ini sebenernya kayaknya cobaan, soalnya petugas counter yang lain ga ada yang segininya. Tapi, better safe than sorry jadi sejak itu kami selalu pastiin buat ada Plan B begitu tas kabin >7kg.
  2. Pemeriksaan akhir di Saudi. Ini juga pengalaman langka. Biasanya kan yang ketat itu pemeriksaan di bandara keberangkatan. Eh, kemarin justru pas di gate terakhiiir bgt pemeriksaan di Saudi, kami luama bgt. Kayaknya, petugasnya ga ngerti tentang status visa kami. Ini kayaknya aja, soalnya kami ga ngerti apa masalahnya secara…. petugasnya ga bisa bahasa Inggris. Dia justru sepatah-patah ngomong bahasa Indonesia, yang bikin kami tambah bingung hahaha. Kami cuma nebak aja masalahnya di visa, soalnya pas dia manggil bosnya, bosnya jelasin pake bahasa Arab (yang kami juga ga paham) dengan gesture tangan semacam ’empat, Saudi Airline bisa transit empat hari’. Setelah dibolehin lewat, kami nanya dulu sebenernya ‘so, what was the problem?’. Dia cuma kibas tangan aja (iya, emang ngeselin). Kami landing jam 11an malem, baru jam 1-2 pagi kami bisa keluar dari bandara.
    Btw, keuntungan utama dari umroh via Saudi Airline ini, selain dari pemberian visa transit buat umroh, adalah dapet 1 malam hotel gratis sebenernya. Tapi, kami nggak ambil hotel itu karena hotel yang ditawarkan ke kami via website cuma dua dan jauh banget dari Masjidil Haram (lebih deket ke bandara bahkan).

Bersama Balita.
Ini lumayan FAQ: umroh sama balita, emang ga repot Fir? Hmmm, berhubung kami umroh dengan santai (toh ini pengalaman pertama buat kami semua, jadi memang buat experiencing dulu), jadi kerasa woles. Si bocah ga pake popok (kebelet pipis dia ngomong, dan tinggal pipis di WC umum samping mesjid). Dia tawwaf digendong (iyalah, kalau enggak ya bisa kegencet) di area normal. Doi sai jalan-lari sendiri sebelum mimisan hehe, setelah itu baru digendong di dua putaran akhir. Capek ya duduk dulu. Kalau sudah terlalu lelah, kami juga sebenernya ada plan tawwaf sai dengan scooter listrik yang bisa disewa di sini hehe. Sholat ya doi sholat biasa aja di samping ayahnya. Makan juga biasa, di manapun ada resto berayam/seafood, toh pasti makanan halal di sini. Ohya, notenya: kami pakai jasa pendamping umroh (muthawif). Jadi, kami santai karena beliau mengerti area.

Muthawif / Pendamping.
Pendamping kami orang Indonesia. Punya anak usia mirip usia anak kami. Sehingga ya beliau maklum dan tau pace anak kecil. Totally recommended, DM saja kalau mau kontaknya ๐Ÿ™‚ Beliau mahasiswa S2 S3 di Mekkah. Beliau juga pernah umroh dengan scooter listrik pas istrinya di setengah jalan cedera, jadi bisa jadi referensi pas bagi para umrohers berpace rendah kayak kami hehe. Sebelum berangkat, bakal ada sesi 1 jam-an buat zoom meeting pengarahan dan diskusi (penting, buat first timer kayak kami).

Total biaya kami adalah sebagai berikut:

  • Pesawat. Harga tiket akan tergantung dengan berapa lama berniat transitnya. Misal tidak berniat transit lama, harga tiket akan paling murah di kelasnya. Kami memilih transit tiga hari (layover sekitar 61 jam) dan tiket PP Belanda – Jeddah – Indonesia kami adalah 2.253 Euro. Harga tiket paling murah untuk tanggal kami via Saudia, jika durasi transit tercepat (sekiar 7 jam, yang berarti tidak memungkinkan untuk umroh) adalah sekitar 150 Euro lebih murah untuk perorang.
  • Visa. 23 Euro x 3 orang (sedia softcopy pasfoto background putih. Bisa foto sendiri aja pake kamera HP bersandarkan dinding, terus edit background dan size)
  • Makanan. Sekitar 200 Euro untuk 3 hari, 3 orang.
  • Souvenir. Sekitar 100 Euro (coklat aja untuk ramai-ramai. Beli di supermarket Clock Tower, lantai paling atas).
  • Hotel. 266 Euro (untuk 2 malam). Hibatullah Hotel. Avoid. Kami pilih hotel ini karena mikir walking distance karena review orang-orang “10 menit jalan”. Tapi ternyata, kami baru tahu kalau jalanan di sini serem buat bersama balita (padahal sudah nebeng potong jalan via aksesnya hotel Anjum). Kalau bersama anak, mending nabung biar bisa yang beneran seberang Masjidil Haram. Naik taksi buat balik ke hotel inipun muter-muter, soalnya banyak jalan sekitar lagi ditutup.
  • Transportasi. Kalau taksi omprengan (yang nyegat di pinggir jalan), kami dibantu muthawif untuk komunikasi dan nawar. Kalau tanpa muthawif, kami pesennya Uber biar anti repot. Kami juga ga ke mana-mana pas umroh ini sebenernya; ke Madinnah-pun enggak soalnya waktunya mepet. Keliling kotapun enggan soalnya capek hehe, jadi ya cuma antara hotel dan Masjidil Haram (dan sekitar masjid). Sehingga pengeluaran transportasi kami minim: total 150an Euro (pick up point Uber di Bandara Jeddah adalah di lantai dasar (samping tempat taksi. Resmi, ada palangnya. Keluar pintu, belok kanan)).
  • Muthawif. 250 SAR = 60an Euro.
  • Cukur @ salon bawah Clock Tower. 20 SAR = 5 Euro.

Coba hitung: enggak sampai 1.500 Euro total pengeluaran kamiโ€‚untuk umroh bertiga. Jauh lebih mahal liburan ke UK atau Swiss hehe. Anw, pembayaran di toko cuma bisa pakai SAR. Tapi, kami ga bawa SAR sepeserpun sebelum di Jeddah dan aman kok. Kami ngambil SAR pertama kali di ATM Bandara Jeddah.

Anw lagi, tentang ihram. Suami make kain ihram sejak di bandara Schipol. Dia ganti baju di kamar mandi depan Gate G7 yang sepi dan bersih (flight kami dari gate G3). Si bocah pake ihram pas di hotel mau berangkat ke Masjidil Haram aja; soalnya ya dia bacaan rukun umroh aja pasti belom bener haha jadi umroh kali ini wisata religi aja buat dia, tanpa mengharap sahnya umroh dia. Ini hasil diskusi kami dengan muthawif sebenernya, soalnya kan kami concern kalau anak kedinginan make ihram selama di pesawat (begitu udah memasuki miqot, kan kalau beneran berniat umroh, maka cowo udah gaboleh make baju, jaket, maupun selimut). Kalau suami, dia berihram di Schipol tapi masih pake daleman dll; baru lepas-lepas pas mendekati miqot. Miqotnya 30an menit sebelum landing di Jeddah (wajib miqot di situ kalau penerbangan dari Eropa. Kalau mau umroh selanjutnya, baru bisa naik taksi ke miqot yang terdekat dengan hotel). Saudi Airline bakal hidupin lampu pesawat dan pengumuman buat siap-siap satu jam sebelum landing. Plus ada pengumuman juga pas udah di miqot. 

Sooo that’s it. Semoga bermanfaat ๐Ÿ™‚

Standard

2 thoughts on “Umroh (dari Eropa, Visa Transit, + Balita)

    • Waalaikumsalam warakhmatullah. Maaf baru membaca pesan ini. Semoga informasi saya ini masih relevan ya: pada saat itu, semua bagasi kami ambil di Jeddah (sehingga, bukan diambil di tujuan akhir yaitu Jakarta)

      Like

Leave a reply to Anonymous Cancel reply