Di auturm break ini, kami akhirnya ke Swiss. Seperti mayoritas first-timer yang ke Swiss, kami ke daerah Jungfrau yang menawarkan kombinasi experience cukup berbeda dibanding wilayah Eropa lain. Dalam satu area, Jungfrau menawarkan salju, pegunungan, danau, air terjun, paralayang, hingga ski. Tidak semuanya kami bisa coba karena bersama si bocah 5 tahun, sehingga, semoga catatan ini bisa bermanfaat untuk para young parents!
Total expense kami selama lima hari adalah 1900an euro. Komponen transportasi NL-Swiss-NL sangat murah sejujurnya (370an euro untuk tiga orang PP); yang kami sesali haha. Kalau diibaratkan, kursi kami setara kereta ekonomi di Indonesia yang kursinya keras dan tegak 90 derajat. Untungnya kami sudah reservasi kursi (nambah 16 euro bertiga). Kalau tidak reservasi kursi, sepanjang perjalanan bakal diusir-usir dari satu tempat ke tempat lain yang lowong, bahkan di tengah malem. Saya ga expect kursinya sepertinya ini sebenarnya, tapi saat mau upgrade ke kelas lain sudah telat jadi yasudah 10 jam-an perjalanan tahan-tahanin (btw, perjalanan lebih lambat 30-70 menit dari yang dijanjikan). Saya sarankan pilih weekday (Selasa/Rabu). Tapi ya tetep… kalau bisa ngulang waktu, kami bakal milih yang gerbong sleeper demi kenyamanan.

Saya sangat merekomendasikan pembelian Jungfrau Pass dan ke Jungfraujoch. Jungfrau Pass adalah kertas sakti yang bisa membawa kita gratis keliling Jungfrau menggunakan hampir semua alat transportasinya, termasuk: tur boat 1.5 jam, gondola (cable car), dan kereta. Sedangkan, bus lokal akan gratis dengan menunjukkan kartu turis yang biasanya diberi oleh hotel/penginapan setelah kita membayar pajak kota saat kedatangan. Beware untuk waktu validitasnya. Di 2024 ini, Jungfrau (Summer) Pass cuma hingga 27 Oktober. Setelah itu adalah masanya untuk Jungfrau (Winter) Pass yang jauh lebih mahal. Sedangkan, Jungfraujoch adalah puncak tertinggi Eropa yang terjangkau alat transportasi. Di sana jaminan salju. Jungfraujoch ini tidak termasuk ke Jungfrau Pass, sehingga perlu bayar tambahan (63 CHF perorang). Menurut saya worth it sih. Awalnya kami juga berniat upgrade ke tiket yang reservasi (+30 CHF bertiga), tapi petugas tiketnya justru bilang tidak perlu, karena bukan summer yang peak season. Notenya juga: tanya dulu ke layanan tiket/informasi hari apa yang terbaik untuk ke sana. Kalau kami, memang mencari salju; sehingga sengaja ke sana saat salju turun. Tapi, kalau mencarinya langit biru yang kontras dengan pemandangan es, mending pastikan cuacanya sedang cerah tanpa salju.
Itinerary kami adalah seperti ini:
Hari 0-1: Berangkat dari Utrech ke Basel SBB. Berkaca dari pengalaman teman, bakal hectic kalau beli connecting train karena perlu buru-buru ngejar kereta selanjutnya dalam 13 menit. Jadi kami beli kereta terpisah dari Basel SBB ke Interlaken Ost yang satu jam setelah kereta dari Utrech seharusnya tiba. Eh, ternyata, keretanya terlambat bgt sampai. Sudah mengiklaskan perlu beli tiket lagi, saya iseng nanya ke petugas, ternyata tiket kami masih bisa dipakai untuk kereta selanjutnya, jam berapapun. Lalu, kami tiba di Intelaken Ost. Ambil cash di bank beberapa langkah dari stasiun. Lalu menuju penginapan. Secara ada bocil, saat jalan-jalan di Eropa, kami selalu sengaja pilih penginapan yang the whole apartment sehingga ada dapur (dan mesin cuci+pengering) untuk menjaga asupan protein dan sayur. Btw, penginapan kami walking distace dengan Interlaken Ost maupun West, dan menurut kami ini pilihan yang tepat. Karena, atraksi yang tercover Jungfrau Pass akan mulainya dari Interlaken Ost. Sedangkan, Interlaken West lebih area lengkapnya (restoran/toko halal, lapangan landingnya paralayang, dkk). Hari pertama ini kami cuma ke satu lokasi, yakni Harder Kulm (furnicular), kerena setelah itu belanja dan masak protein sayur simple (menu simpel: udang-telur-brokoli rebus dan kentang-udang-pizza oven) untuk makan dan bekal beberapa hari ke depan.
Hari 2: berhubung cuaca di puncak lagi salju kecil (lihat webcamenya di sini) dan kami memang mencari salju, kami memutuskan ke puncaknya di hari ini. Jalur: Interlaken Ost – (kereta) Grinderwald Terminal – (gondola) Jungfraujoch. Di Jungfraujoch, kami menghabiskan sekitar 4 jam untuk keliling-keliling. Setelah itu, kami turun tapi via jalur yang berbeda karena mau ke Lauterbrunnen (yang ada air terjunnya). Kami naik hingga puncak terdekat ke air terjun, yang ternyata achievable untuk si bocah. Setelah itu pulang ke penginapan.
Hari 3: si bocah pengin naik kapal. Sehingga, kami berangkat pagi biar bisa ke Grinderward dulu (First Cliff Walk. Kalau mau juga bisa naik atraksi-atraksinya), lalu naik boat ke Brienz (kotanya ya normal, ga sebreathtaking komentar orang), lalu kereta ke Interlaken Ost untuk ke penginapan. Menurut saya, semua tempat populer sudah terjelajahi jadi yasudah istirahat saja di Interlaken makan-makan.
To sum up, Swiss (Jungfrau) itu salah satu bucket list yang memang perlu didatangi at least sekali seumur hidup. Apalagi kalau memang hobi hiking, pegunungan Swiss itu aman dan nyaman untuk mendaki. Tapi, sejujurnya, kalau ada kesempatan memilih tempat jalan-jalan lain, saya lebih bakal memilih countryside Jepang maupun Lombok. Karena… sceneries Jungfrau itu menurut saya mirip countryside Jepang. Ski juga bisa dilakukan di Jepang. Atraksi yang di Jungfrau (paralayang, kano, griding, etc) itu ada di Bali/Lombok. Terutama: makanan di Jepang dan Lombok (yang halal) jauh lebih enak haha. Tapi ya tetep, dijalani at least sekali tetap menyenangkan kok Jungfrau itu.